Puisi Alam dan Cinta – Victor Hugo [*]

normal (1)

– Untuk alam, untuk cinta, dan untuk kita.

Alam dipenuhi dengan cinta,

Jeanne, disekeliling hari-hari kita yang sederhana;

Dan bunga-bunga terlihat berganti-ganti

Menaikkan dirinya sehingga kau bisa melihat mereka.

*

Hiduplah Angélique ! Di bawah Orgon!

Musim dingin, menyinggung dengan mengolok-olok kita,

Menempatkan kembali, raut mukanya yang mengeluh

Menjadi memudar ke awan-awan.

*

Ketenangan hati kita,

Di mana menyanyikan kebahagiaan yang tak terbilang,

Sepenuhnya, di dalam bulan-bulan segar yang menaklukkan,

Dalam bayang-bayang samar.

*

Bulan Juni melindungi bagian atas bunga,

Dan berkata tentang hal yang sama di mana saja;

Tapi apakah kita tak pernah mengeluh

Pada pembicaraan tentang mawar-mawar?

*

Burung layang-layang, di atas kemurnian keningmu,

Datang begitu dekat pada kesetiaan kedua matamu

Yang mampu menghitung dalam birunya langit

Pada seluruh bulu-bulu dari sayap-sayapnya.

*

Keanggunanmu adalah sinar yang memesona;

Masa mudamu, tetaplah kekanak-kanakan,

Menyalakan birunya cakrawala,

Dan kembali ke langit pada subuh hari.

*

Tentang kemiripannya denganmu

Bunga lili yang suci tersenyum dalam kejayaannya;

Jiwamu adalah cawan keimanan

Di mana burung merpati ingin minum.

*

[*] dialih-bahasakan dari puisi La nature est pleine d’amour karya Victor Hugo dalam Les chansons des rues et des bois (1865).

[] Image dari nationalgeographicexpeditions

1 comments

  1. Steven Toh · Januari 3, 2021

    Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Victor Hugo, menulis: ” Notre-Dame adalah juga rumah bagi Quasimodo, si Bongkok buruk rupa dengan hati emas, juga rumah bagi Claude Frollo, pastor yang alim yang berubah menjadi setan, yang mengadopsi Quasimodo yang ditelantarkan orangtuanya selagi kecil di sebuah tempat tidur di Notre-Dame”.
    Saya mencoba menulis blog tentang dia, semoga and juga suka: https://stenote-berkata.blogspot.com/2018/07/wawancara-dengan-victor_87.html .

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar