Bakso.

20180324_171457

Dari sebagian daerah yang telah dijelajahi, dari Jalan Kaliurang, Jalan Gejayan, bahkan Jalan Solo, di Jogja, bakso yang ada tahu putihnya hanya ada di bakso Cak Pur Arema di seberang Plaza Ambarukmo, tapi tetap saja, tak ada lontong, sebab bagi lidah Jawa Timur yang ortodok/fundamental, terlebih dibesarkan dari kultur kota yang menyantap bakso dengan intensitas tinggi seperti Malang, adanya lontong akan menambah ‘sense’-nya sendiri.

Seorang kawan, menyebut bakso di Malang adalah bakso Anarko, terserah mau ambil gorengan (kembang atau bulat) berapa pun, ambil pentol (kasar atau halus) berapa pun, atau bahkan hanya beli mie (kuning atau putih) saja pun tak ada yang melarang, asal bayar; tapi kalau di Jogja tidak bisa, hanya ada pilihan antara komplit dan tidak komplit. Walaupun sama-sama bakso namun cara penyajiannya berbeda.

Dalam image tersebut, dalam konteks bahasa, mungkin bakso, bisa diteliti lebih lanjut melalui ‘studi gastronomi’, yang memiliki perbedaan dengan ‘studi kuliner’. Dalam satu aspek, tentang karakteristik bakso sendiri, dengan mengambil contoh mie, bakso di Malang memiliki mie kuning atau putih dibentuk menjadi bulat, lain halnya dengan bakso di Surabaya yang hanya menyajikan mie putih, lain halnya dengan bakso di Jogja yang mie putih dan mie kuning dicampur menjadi satu.

Apapun itu, eat local, think global, ya.

Tinggalkan komentar